Tuesday, August 9, 2011

PERCIKAN PERMENUNGAN SEORANG DOKTER.

Ulasan atas tulisan dr. Wahab Syahroni berjudul “ TAMU-TAMU DI BULAN SUCI” yang merupakan kumpulan 4 Essai Tentang Filosofi Sufistik.

Buku-buku Essai memang kalah ‘menarik’ dibanding buku-buku roman remaja yang memenuhi rak-rak toko buku di manapun, apalagi isinya tentang filosofi sufistik yang tidak-mudah difahami oleh sebagian besar dari masyarakat kita.

Ada beberapa sumber perihal etimologi dari kata "Sufi". Pandangan yang umum adalah kata itu berasal dari Suf (صوف), bahasa Arab untuk wol, merujuk kepada jubah sederhana yang dikenakan oleh para asetik Muslim. 

Namun tidak semua Sufi mengenakan jubah atau pakaian dari wol.

Teori etimologis yang lain menyatakan bahwa akar kata dari Sufi adalah Safa (صفا), yang berarti kemurnian. 

Hal ini menaruh penekanan pada Sufisme pada kemurnian hati dan jiwa.

Teori lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Yunani theosofie artinya ilmu ketuhanan.
Yang lain berpendapat bahwa etimologi dari Sufi berasal dari "Ashab al-Suffa" ("Sahabat Beranda") atau "Ahl al-Suffa" ("Orang orang beranda"), dimana sekelompok muslim pada jaman Rasulullah Muhammad SAW yang menghabiskan waktu mereka di beranda masjid Nabi, mendedikasikan waktunya untuk berdoa. Mereka dianggap sebagai penanam benih paham tasawuf yang berasal dari pengetahuan Nabi Muhammad.

Sebagian pendapat lainnya mengatakan bahwa paham tasawuf merupakan paham yang sudah berkembang sebelum  Nabi Muhammad menjadi Rasulullah. Ketika itu orang-orang Islam baru di daerah Irak dan Iran (sekitar abad 8 Masehi) yang sebelumnya merupakan orang-orang yang memeluk agama non Islam atau menganut paham-paham tertentu, sekalipun sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara kesahajaan dan menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan duniawi. Hal ini didorong oleh kesungguhannya untuk mengamalkan ajarannya, yaitu dalam hidupannya sangat berendah-rendah diri dan berhina-hina diri di hadapan Tuhan.

Mereka selalu mengenakan pakaian yang pada waktu itu termasuk pakaian yang sangat sederhana, yaitu pakaian dari kulit domba yang masih berbulu, sampai akhirnya dikenal sebagai semacam tanda bagi penganut-penganut paham tersebut. Itulah sebabnya maka pahamnya kemudian disebut paham sufi, sufisme atau paham tasawuf. Sementara orang penganut paham tersebut disebut orang sufi.

Pendapat lainnya lagi menyebutkan tasawuf muncul ketika pertikaian antar umat Islam di zaman Khalifah Ustman bin Affan r.a dan Ali bin Abi Thalib r.a khususnya karena masalah-masalah politik. Pertikaian antar umat Islam karena masalah politik dan perebutan kekuasaan, hal ini terus berlangsung juga dimasa khalifah-khalifah sesudah Utsman dan Ali.

Lalu munculah kelompok masyarakat yang prihatin dan kemudian bereaksi terhadap situasi ini. Mereka menganggap bahwa politik dan kekuasaan merupakan wilayah yang kotor dan busuk. Mereka melakukan gerakan ‘uzlah , yaitu menarik diri dari hingar-bingar masalah duniawi yang seringkali menipu dan menjerumuskan. Lalu munculah gerakan tasawuf yang di pelopori oleh Hasan Al-Bashiri pada abad kedua Hijriyah. Kemudian diikuti oleh figur-figur lain seperti Shafyan Al-Tsauri dan Rabi’ah Al-‘Adawiah.

Terlepas dari pendapat pro dan kontra mengenai asal-usul ajaran tasawuf seperti diuraikan di atas, apakah ia berasal dari luar atau dari dalam agama islam sendiri. Berbagai sumber sepakat mengatakan  bahwa ilmu tasawuf sangat lah membingungkan

Oleh sebab itu percikan permenungan dari seorang dokter ini pantas diapresiasi, karena tidak banyak orang yang mampu melakukannya. Terlebih dilakukan secara manual, belum menggunakan alat bantu modern yang tersedia saat ini.

Dari sisi konten, tidak banyak yang bisa saya komentari karena dunia sufi yang ‘membingungkan’ seperti pendapat banyak pihak, tetapi saya tetap menghormati hak seseorang untuk menyampaikan gagasannya yang dijamin oleh konstitusi negeri ini.

Saya hanya ingin memberi saran kepada penulis agar didampingi oleh seorang editor yang cermat, karena dibutuhkan ketelitian dan konsistensi dalam mengutip kata-kata yang berasal dari bahasa asing agar kenyamanan pembaca dapat tetap terjaga.

Begitu juga dalam menyebutkan nama tokoh-tokoh sebaiknya dicantumkan namanya secara lengkap dan bila perlu ditambahkan penjelasan singkat agar menambah wawasan pembacanya.

Lepas dari saran-saran tersebut di atas, saya berharap tulisan yang dipersiapkan sejak tahun 2007 ini segera dapat dishare agar tidak dimakan ngengat dalam lemari.

Selamat kepada dokter Wahab Syahroni, saya mendukung karya-karya kreatif semacam ini, semoga dapat terus memperkaya perbendaharaan bathin kita.


No comments:

Post a Comment