# Menuju Terminal Terakhir.
Nasihat
buat diri sendiri dan orang lain yang membaca buku ini bagaimana kita sebaiknya
mempersiapkan diri sebelum menghadap Allah
wa Dzalla. Kita hidup dalam keterbatasan dan banyak melakukan khilaf dan dosa. Bagaimana caranya agar
kita bisa menghadapNya dengan khusnul-khatimah.
“ Mei you bu shan di yan xi”
_Chinese Proverb.
Tak ada
pesta yang tidak usai.
# Menuju Terminal Terakhir.
Januari
31, 2015
One day Workshop, “Wanna be a
writer”
“ Gendol” Room, Hotel
Merapi-Merbabu, Jl. Cut Mutiah, Bekasi.
Keinginan
untuk menuangkan unek-unek ini sebenarnya sudah lama ada. Tapi berbagai kendala
muncul silih berganti. Makanya waktu saya menerima undangan satu bulan yang
lalu untuk hadir dalam acara sebuah worshop
untuk calon-penulis, saya menyambutnya dengan sangat antusias, tidak perduli
bahwa saya akan menjadi peserta yang paling senior.
Dua
tahun lalu, saya sudah menyiapkan naskah tulisan sebagai hadiah ulang-tahun ke-60 kepada diri sendiri dengan
bimbingan seorang penulis yang sudah lebih dulu eksis, tetapi entah apa yang
menjadi penyebabnya, di saat-saat akhir ternyata pembimbing tersebut tidak
dapat dihubungi sehingga saya seperti anak-ayam yang kehilangan induk, tak tahu
apa yang harus diperbuat.
Saya
tidak ingin kehilangan momentum untuk yang kedua-kalinya, saya harus lawan
segala hambatan atau gangguan yang mungkin muncul sewaktu-waktu.
Bahkan
pagi ini ketika menit-menit akan berangkat ke workshop, muncul tamu yang “ingin mencuri’ impian saya. Terpaksa
saya harus “mengusir” tamu saya tersebut, hapunten
nya Mang …
Untung
saja jalanan di Minggu pagi yang cerah, mulus tanpa hambatan macet sama sekali,
walaupun person in charge yang
mewakili event-organizer sempat
mengingatkan saya di jalan, tapi segala puji bagi Tuhan, Allah pemilik semesta,
saya bisa tiba ditempat lima menit sebelum batas waktu yang dijadwalkan.
Seperti
kebanyakan penulis-kehidupan, tujuan saya sangat sederhana, saya hanya ingin
berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada sesama, ingin saling mengingatkan di
jalan yang benar, jalan yang diridhai Allah
SWT. Seperti Allah serukan dalam
QS.103: Al-Asr:
“
Demi masa. Sungguh manusia berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta
saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”
Kita
tidak akan hidup selamanya di dunia ini, suatu saat Allah akan memanggil kita untuk kembali ke hadirat-Nya. Bukan hanya kita mahluk yang beriman, bahkan Winnetou tokoh rekaan Karl May sekalipun percaya bahwa manusia
suatu saat akan kembali ke “padang perburuan abadi”.
Dari
Tabel Harapan Hidup Manusia Sedunia (Table
of World Life Expectancy) yang dikutip dari data tahun 2011, CIA World Fact Book, mencatat bahwa
berdasarkan daftar PBB tersebut, Indonesia berada di posisi 108 dari 191; Usia
harapan hidup secara keseluruhan hanya
70.76 tahun, atau 68.26 tahun pada pria
dan 73.38 tahun pada wanita.
Sementara
itu, tidak ada satupun kota di Indonesia yang masuk dalam 20 kota dengan
kualitas hidup terbaik versi Mercer, sebuah badan survey Amerika Serikat.
Tetapi
sebagai orang yang beriman kita sepakat bahwa jodoh, rejeki dan maut adalah hak
prerogative Allah SWT bukan karena tabel tersebut di atas. Bahkan kita juga sangat
aware bahwa Kematian tidak harus
didahului oleh Tua dan atau Sakit.
Muhammad
bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim yang lahir di Makkah 20 April 570 M,
wafat di Madinah 8 Juni 632, pada
usia 62 tahun, padahal beliau adalah manusia terpilih, Rasul Allah, tetapi bila Allah
berkehendak memanggil-nya, tiada satupun makhluk yang dapat menolaknya. Seperti
firman Allah dalam QS-16, An-Nahl: “ ….Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah
mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya.”
Oleh
sebab itu saya ingin mengingatkan diri saya sendiri, juga pembaca buku ini
untuk mempersiapkan sebaik-baiknya bekal menuju Terminal Terakhir. Bekal yang
perlu dipersiapkan bukanlah kekayaan, pangkat, banyaknya followers, kedudukan, kekuatan fisik dan hal-hal lain yang bersifat
duniawi, bekal yang dibutuhkan adalah kekuatan iman, amal saleh, kejernihan
hati dan ketaqwaan. Allah
berfirman dalam QS 2, Al-Baqarah : 197. “ … Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan
bertaqwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal.”
Selain
memanfaatkan waktu yang masih tersisa, yang tak kalah penting adalah menyusun
skala prioritas. Kita sadar, bisa saja hari ini merupakan saat-saat terakhir
untuk merasakan hangatnya matahari. Maka janganlah sia-siakan waktu untuk hal
yang sia-sia, apalagi yang bisa membawa bencana.
Adalah
dambaan setiap muslim berharap akhir hidupnya dengan indah. Hal-hal yang harus diwaspadai agar
terhindar dari su’ul khatimah, yakni:
keraguan panjang angan-angan dan menunda-nuda taubat.
Abdullah
bin Umar pernah mendapat pelajaran
tentang kematian dari Rasulullah SAW “
Aku bersama Nabi SAW, kemudian, ada seorang dari kaum Anshar bertanya, “
Siapakah diantara orang-orang mukmin yang paling mulia, wahai Rasul?”
Rasulullah menjawab, “ Yaitu, orang yang paling bagus budi pekertinya”. Sahabat
itu bertanya lagi, “ Siapa diantara orang-orang mukmin yang paling pandai?”
Rasul menjawab, “ Yaitu orang yang terbanyak ingatnya pada kematian, dan yang
paling siap menghadapi kematian. Itulah orang-orang yang pandai.” (HR. Ibnu
Majah).
Lalu
apa tanda-tanda orang pandai itu? Ada 4 tanda-tanda orang yang bijak dan cerdas
dalam menyiapkan dirinya untuk bertemu Allah:
# Senantiasa bersemangat untuk beramal shaleh;
# Bersegera melakukan Amal Shaleh; # Melakukan
Amal Shaleh yang sebaik-baiknya dan #
Melakukan Amal Shaleh
sebanyak-banyaknya.
Mari
kita simak bersama firman Allah dalam
QS 3, Ali-Imran :133; “ Dan bersegeralah
kamu kepada ampunan dari Tuhan-Mu dan kepada surge yang luasnya seluas langit
dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.”
Demikian
pula halnya firman Allah Ta’ala dalam
QS (21) Al-Anbiyaa:90 “ Sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan
yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas> Dan mereka
adalah orang-orang yang khusyu’ kepada kami”.
Dalam
Al-Qur’an, tercatat sebanyak 70 kali kata amal shaleh mengiringi kata iman; hal
ini menandakan adanya keterkaitan erat antara amal shaleh dan keimanan
seseorang. Dengan kata lain hanya orang-orang yang ber-iman yang mengerjakan
amal shaleh, sebaliknya amal shaleh akan berdampak positif terhadap keimanan
pelaku-nya.
Dalam
salah-satu hadits Rasulullah
mengisyaratkan ada 5 kriteria yang terdapat pada para pelaku amal agar termasuk
dalam kategori amal shaleh yaitu: # Dilakukan dengan Ikhlas sesuai ajaran Islam; # Mudawwamah
atau berkesinambungan; # Dilakukan dengan sungguh-sungguh; # Bekerja dan atau
beramal dengan ilmu-pengetahuan atau berkompeten; # Memiliki manfaat atau
implikasi sosial.
Melalui
tulisan sederhana ini, saya mengajak diri sendiri juga kepada majelis pembaca,
untuk memenuhi 5 kriteria di atas dalam perjalanan kita menuju Terminal
Terakhir, seraya berdo’a agar kita diwafatkan
dalam keadaan sebaik-baiknya wafat,
yaitu wafat dalam keadaan khusnul khatimah.
“
Wafatkan saya dalam keadaan Islam dan
gabungkanlah saya dengan orang-orang yang shaleh”. (QS. Yusuf: 101)
“ Ya Tuhan kami, limpahkanlah
kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri
kepada-Mu”. (QS. Al-A’raaf:126)
“
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan
hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami,
dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya
Engkaulah Maha Pemberi Karunia.” (QS. Ali Imran:18)
“ Ya Allah, sungguh aku berlindung
kepada-Mu dari pikun, terjatuh dari ketinggian, keruntuhan bangunan, kedukaan,
kebakaran, dan tenggelam. Aku berlindung kepada-Mu dari penyesatan syaitan saat
kematian, terbunuh dalam kondisi murtad dan aku berlindung kepada-Mu dari mati
karena tersengat binatang berbisa”. (HR. Al-Nasal dan Abu
Dawud. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih
Al-Jami: 1282)
Pondokgede,
10 Februari 2016
1 Jumadil Awal 1437H.
No comments:
Post a Comment